Dibalik ‘Genggaman Hangat’ Liberalisme
Oleh Raisa Dyah Prasasti (Tim Media LSPI UIN Divisi Nisa)
Dewasa ini liberalisme semakin marak terasa di negeri kita Indonesia setelah era globalisasi dimulai beberapa tahun lalu. Liberalisme atau yang kita kenal dengan nama “kebebasan” menjadi semakin mudah manusia nikmati dalam berbagai aspek, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan memiliki sesuatu, kebebasan beragama, dan berbagai kebebasan lain.Tanpa kita sadari, dengan “hangatnya” liberalisme membisikkan seruan-seruan tentang kebebasan pada telinga-telingamanusia, sehingga dengan bebasnya manusia dapat menyalurkan hawa nafsunya, menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya pada jejaring sosial tanpa ragu, dengan bebasnya mengunduh sesuatu pada berbagai situs, entah itu berbau konten positif maupun negatif, bahkan dengan bebasnya dapat memiliki harta berlimpah tanpa peduli didapatkan dengan cara yang baik atau tidak, merugikan orang lain atau tidak. Pada akhirnya, secara tidak langsung liberalisme telah membentuk manusia menjadi manusia yang apatis, egois, dan individualis.Sekilas terasa menyenangkan bagi kita sebagai manusia biasa apabila dapat merasakan kebebasan tanpa batas. Namun, tidakkah manusia memikirkan dan mengingat segala dampak buruk yang ditimbulkan dari paham liberal ini? Berbagai kerusakan telah terjadi akibat dari kebebasan yang “kebablasan” itu. Sebagai contoh, tentunya telinga kita tidak asing dengan berita pedofilia yang dilakukan oleh akun grup fanspage “Official Loly Candy’s 18+” beberapa waktu lalu. Dengan bebasnya para pelaku kejahatan tersebut menyebarkan konten-konten pornografi dengan objek anak-anak di bawah umur. Grup itu dikelola oleh empat pelaku yang saat ini sudah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka.Belum cukupkah berita di atas menjadi sebuah peringatan?
Peringatan bahwa liberalisme yang selama ini diagung-agungkan ternyata menghasilkan kekejian yang luar biasa,dan kejadian buruk tersebut itu pun baru dapat disesali setelah menimbulkan korban. Semua itu terjadi tatkala negeri ini mengadopsi paham kebebasan yang “kebablasan” itu.
Menyikapi hal di atas, sebagai seorang Muslim kita harus mengembalikan semuanya pada Islam. Dalam Islam, kebebasan diatur sedemikian rupa agar sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang mengerikan seperti saat ini. Maka dari itu, sudah selayaknya kita kembali pada identitas kita sebagai Muslim yang menerapkan syariatNya.
======================
Lembaga Studi Politik Islam (LSPI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung
CP: 087825624347 (ikhwan)
0897-9454-380 (akhwat)
Facebook : Lembaga Studi Politik Islam
Lspi Uin Divisi Nisa
IG: @lspi.uinbdg
@lspiuindivnisa
Blog :lspiuinbdg.blogspot.com
#PeduliPolitikPeduliKaumMu
#BackToMuslimIdentity