Wawancara Eksklusif bersama Dosen Ilmu Politik UIN SGD Bandung

22.21.00




 
 [foto: Indira s. Rahmawati, S.Ip., M.Ag.]

Kemenangan kaum muslimin adalah janji Allah SWT dan Baginda Nabi Muhammad SAW. Kemenangan tersebut terwujud tatkala Islam tidak hanya dijadikan sebagai agama yang mengatur ibadah spiritual saja namun juga dijadikan sebagai ideologi dalam kehidupan, dan itu tidak akan lama lagi –Insya Allah-. Hal ini dapat kita lihat dari kerusakan yang semakin jelas nampak dari sistem demokrasi yang merupakan bagian integral dari sekularisme sehingga menjadikan sistem politiknya tidak mampu membawa kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Lantas, bagaimana kondisi politik Indonesia saat ini? mungkinkah politik islam diterapkan di Indonesia? Bagaimana sikap mahasiswa agar berkontribusi dalam politik islam? 

Untuk mejawab pertanyaan di atas, kali ini tim media LSPI UIN Sunan Gunung Djati Bandung mewawancarai Dosen Ilmu Politik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Ibu Indira S. Rahmawati, S. IP., M. Ag. Dan berikut hasil wawancaranya. 

Bagaimana pandangan Ibu mengenai kondisi politik saat ini? 

Politik Indonesia saat ini kalau dianalisisnya itu sejak 2016 sampai awal 2017 karena baru menginjak 2017 sebenarnya adalah politik yang makin kasat mata kebobrokannya, makin fullgar, bahkan orang awam pun dapat menangkap betapa kacau dan tidak teraturnya pengaturan, atau dikelolanya urusan- urusan Negara, dikelolanya urusan-urusan publik. Justru 2016 bagi saya moment di mana setiap orang itu bisa menunjuk dengan jari jemari mereka setiap kebijakan-kebijakan pemerintah yang sebenarnya dzalim terhadapp rakyat, termasuk lewat pernyataan-pernyataan dan sikap-sikap pejabat publiknya, mulai dari kepala Negara, menteri, kepala daerah, ataupun anggota legislatif, baik tingkat pusat, maupun tingkat daerah, itu sebenarnya menunjukkan politik hari ini adalah politik yang isinya adalah kepentingan kelompok, kepentingan partai, kepentingan yang berorientasi pada jabatan, mempertahankan status quo, mempertahankan kursi jabatan. Jadi kalau mau disimpulkan bagaimana kondisi politik hari ini, kacau dan kacaunya itu makin jelas tertangkap. Keterlaluan kalau orang yang ga bisa menangkap betapa kacaunya kondisi politik Indonesia saat ini, atau masih merasa betah atau nyaman dengan kondisi politik hari ini, itu aneh kalau menurut saya. 

Apakah Indonesia memungkinkan untuk menggunakan politik islam? 

Kalau bisa mungkin, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, nah itu rumus, rumus dalam politik, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, semua serba mungkin. Orang yang anda lihat tidak mungkin jadi pejabat, eh jadi pejabat. Orang yang awalnya anda prediksi ga akan turun, turun. Anda prediksi seseorang ini ga akan ditangkap, ditangkap. Orang ini pasti ditangkap, eh ga ditangkap. Jadi dalam politik itu sebenarnya serba mungkin. Apalagi kalau kita bicaranya berkenaan dengan apa yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kalau poltik islam itu akan kembali berjaya. Politik dalam artian bahwa islam akan mengatur urusan umat ini, urusan-urusan masyarakat, bahwa itu dikabarkan oleh Al-Qur’an, oleh As-Sunnah, bahwa kita akan kembali menjadi pemimpin, menjadi khairu ummah, menjadikan umat-umat yang lain itu justru diatur oleh islam, itu mungkin. Cuman mungkinnya itu dengan syarat dan ketentuan berlaku, apa syarat dan ketentuannya? Syarat dan ketentuannya itu yaitu cepat atau lambatnya hal yang mungkin itu terealisir. Menjadi mungkin politik islam digunakan karena itu janji Allah, tapi kalau anda mau cepat atau mau lambat, mau segera atau mau berlama-lama, itu syarat dan ketentuan berlaku, apakah kemudian anda cukup upaya, cukup strategi, keseriusan untuk kemudian menjadikan Indonesia layak menerapkan sistem politik Islam. Karena itukan perlu kesadaran masyarakatnya, sudah jelas perlu ada orang yang menyadarkan masyarakatnya, perlu meyakinkan berbagai tokoh-tokoh kunci, berbagai komunitas, untuk kemudian menerima sistem politik islam, karena sampai saat ini sistem politik islam untuk konteks Indonesia masih diperdebatkan. Betulkah Indonesia memerlukan sistem politik Islam? atau Indonesia itu ya cukup dengan keindonesiaannya, dengan kenusantaraannya, padahal islam sudah terbukti bisa mensejahterakan masyarakat, bukankah itu yang dicari dan mengamankan masyarakat, dan memberikan jaminan kepada masyarakat, jadi kalau ditanya mungkin, mungkin. Bahkan kalau saya bilang sangat mungkin, tapi ya itu, syarat dan ketentuan berlaku. 

 Bagaimana sikap yang sebaiknya dilakukan mahasiswa agar berkontribusi dalam politik Islam? 

 Kalau bicara soal politik Islam diterapkan berarti kita akan berbicara konteks bahwa ada negara yang menerapkan aturan islam, ada Negara yang menerapkan syariat Islam. Nah peran mahasiswa berarti di situ, memperjuangkan penerapan syariat Islam secara kaffah. Jadi dalam politik islam peran mahasiswa seperti apa? ya ikut memperjuangkan agar syariat islam diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Karena politik Islam berarti pengaturan urusan rakyat, urusan masyarakat berdasarkan aturan halal haram itulah sederhananya. Bahwasanya politik Islam itu pengaturan urusan publik, pengaturan urusan yang menyangkut hajat orang banyak yang itu didasarkan pada halal-haram bukan berdasarkan suara mayoritas, bukan berdasarkan pendapat orang yang banyak modal, atau orang yang kuat, orang yang berpengaruh. Tapi pengaturan urusan rakyat, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, transportasi, sumber daya alam, pertambangan, semua diatur dengan berdasarkan standar halal haram. Bagaimana kemudian Islam menetapkan mekanisme disetiap bidang itu. Jadi peran mahasiswa di sana, ikut memperjuangkan agar syariat Islam itu tegak dan itu caranya cuman satu yaitu dakwah. Dakwah dengan metode dakwah Rasul. Kalau dia mau memperjuangkan syariat islam, ya mau tidak mau mahasiswanya harus mempelajari syariat Islamnya dengan benar, membina, menempa diri mereka dengan mengikuti, pengkajian yang mendalam tentang syariat islam, sehingga mahasiswanya sendiri tidak phobi terhadap syariat islam.[]

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook