DASAR-DASAR PERADABAN DALAM ISLAM

18.09.00


Dasar-dasar peradaban dalam Islam, adalah penyembahan kepada Allah Rabb al-‘alamin, dan ketakwaan kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١)

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 21)

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (١١) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ (١٢)

Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dan beragama dengan tulus-ikhlas karena- Nya. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri." (Q.S. al-Zumar [39]: 11-12)

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)

“Dan tiadalah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada–Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat dan demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (٥٢)

“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (Q.S. al-Nur [24]: 52)

Syaidina Umar ibn al-Khaththab ra. pernah mengingatkan Sa’ad ibn Abi Waqqash ra. ketika akan menghadapi pasukan Persia, sebagaimana dalam Shalah al-Din al-Ayubi (Saladin) Hero of the Battle of Hattin and Liberator of Jerusalem from the Crusaders, disebutkan,

“I command you to fear Allah whatever the case may be, as fear of Allah is the best preparation for the enemy and the strongest device in war. I order you and those who are with you to avoid disobedience and committing the prohibited, as committing the prohibited is the key to the enemy’s mastery over us. Muslims triumphed by obedience and submission to Allah and their enemies’ disobedience to Allah. Obedience to Allah is our strength, as they are more than us in number and preparation. So, if we become equal in committing sins, they will overcome us by their strength. You should realize that the angels record your actions, both bad and good, so you should feel shy. Do not say “Our enemy is more disobedient than us, so Allah’s wrath will not afflict us, even if we are wrong.” Allah may give others mastery over you, as He did with the children of Israel. When they committed the prohibited, He gave the Magians power over them. Ask Allah to help you and give you triumph over your enemies. I ask Him that, for you and me.”

[1] Artinya, “Aku memerintahkan kepadamu (dan seluruh anggota pasukanmu) untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dalam setiap keadaan. karena bertakwa kepada Allah adalah strategi yang terbaik untuk musuh dan senjata yang terkuat dalam perang. Aku memerintahkanmu dan anggota pasukanmu untuk menghindari kemaksiatan dan perbuatan yang terlarang, karena melakukan perbuatan maksiat adalah kunci bagi musuh untuk menguasai kita. Muslim menang karena ketaatan dan penyerahan diri kepada Allah dan kedurhakaan musuh mereka kepada Allah. Ketaatan kepada Allah adalah kekuatan kita, sebagaimana mereka melebihi kita dalam jumlah dan peralatan (perang). Jadi jika kita sama (dengan mereka) dalam melakukan kemaksiatan, mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka. Engkau harus ketahui bahwa para malaikat mengawasi tindakan kita, baik (itu perbuatan) buruk dan (perbuatan) baik, sehingga kau harus merasa malu. (Janganlah kalian menganggap, “Musuh kita lebih buruk dari kita, sehingga murka Allah tidak akan menimpa kita, bahkan jika kita melakukan kesalahan.” Allah bisa memberikan suatu kaum untuk menguasai dirimu, sebagaimana yang dia telah lakukan terhadap bani Israil. Ketika mereka melakukan (perbuatan) kemaksiatan itu, Dia memberi kekuatan kepada Majusi atas mereka (bani Israil). Berdoalah kepada Allah untuk menolongmu dan memberimu kemenangan atas musuhmu. Aku memohon itu semua kepada-Nya, untukmu dan diriku.”

Lihat, ‘Abdullah Nasih ‘Ulwah. Shalah al-Din al-Ayyubi (Saladin), Hero of the Battle of Hattin and Liberator of Jerusalem from the Crusaders (Cairo: Dar al-Salam: 2004), hlm. 115.

Inilah yang menjadi dasar peradaban dalam Islam, umat Islam bisa maju karena mereka menjalankan ini dalam setiap perbuatannya. Hal ini juga yang telah menjadikan umat Islam menjadi umat yang terhebat, dan salah satu buahnya adalah membawa umat Islam kepada peradaban yang gemilang.

Dataran Arab, pada zaman sebelum Islam, memiliki kebudayaan yang beragam dengan peradaban yang rendah, kecuali segi seni dan sastra. Tingkat berfikir sebagian mereka rata-rata cukup tinggi dari kalangan bangsawan, tetapi tidak di imbangi dengan kebiasaan mereka dalam menyembah roh-roh (animisme) dan berhala-berhala (dinamisme), serta moral mereka yang sangat rendah. Selain itu dari segi pemerintahan, mereka tidak di perhitungkan. Pemerintahan Arab sebagian di pengaruhi oleh dua kekuatan besar pada saat itu, yaitu Byzantium dan Persia. Kebiasaan lainnya dari sebagian orang Arab, adalah nomaden, nama mereka lebih spesifik dikenal dengan Arab Badwi, dengan kebiasaan hidup saling membunuh. Tingkat berfikir mereka sedikit demi sedikit dikikis oleh kebiasaan rusak ini. Logika pun menjadi tabu bagi sebagian mereka, mereka lebih mementingkan prinsip mereka, dengan mengikuti nenek moyang.

Kebiasaan ini mulai rapuh ketika Islam datang, dengan di tandai seorang nabi yang membawa berita gembira dan pemberi peringatan. Masyarakat Arab pada saat itu khususnya bangsa Quraisy, melihat sosok baru yaitu seorang yang teguh dalam pendirian, menyembah Allah Rabb al-‘alamin, cerdas, dan berakhlak mulia yaitu Nabi Muhammad Saw. Nabi Saw. menjadi figur baru dalam lingkungan masyarakat Arab pada saat itu, mereka memandang dengan penglihatan yang berbeda bahkan sebelum nabi Saw. diutus menjadi Rasulullah Saw. Setelah Nabi Muhammad Saw. diutus menjadi Rasulullah Saw. dari awal sampai fathu Mekkah masyarakat Arab secara umum, Iskandaria, dan Byzantium, melihat umat manusia yang telah masuk Islam, dengan sosok yang berbeda dari kebiasaan sebelumnya. Mereka melihat sosok yang begitu luhur, dengan agama yang menyuruh mereka menyembah Allah SWT. dan bertakwa kepada-Nya. Setelah itu peradaban Arab mulai berubah kepada kebiasaan menyembah Allah al-Ahad al-Qudus, berbudi pekerti, dan berakhlak mulia.

Inilah yang menjadi dasar-dasar dari peradaban Islam yaitu agama mereka, yang menyuruh manusia menyembah Allah dan bertakwa kepada-Nya. Ketakwaan manusia kepada Allah sangat luas, tercakup pada al-Quran dan sunnah Nabi-Nya.

#PEDULIPOLITIKPEDULIKAUMMUSLIM


Blog:
www.lspiuinbdg.blogspot.co.id

Facebook:
Lembaga Studi Politik Islam - LSPI
 
Instagram:
@lspi.uinbdg

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook