Menggugat Sumpah Pemuda, Meluruskan Arah Perjuangan

17.13.00


Peringatan sumpah pemuda memang sudah menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat terlebih para pemuda di Indonesia. Ada yang sebatas merayakan tanpa tahu kepentingan apa dibalik sumpah pemuda tersebut. Dan ada juga yang mencoba menganalisis motif apa yang ada di dalam sumpah pemuda hasil dari kongres pemuda II pada 28 Oktober 1928.
LSPI sebagai lembaga kajian politik islam, mencoba menganalisis terkait dengan sejarah di mana sumpah pemuda itu lahir. Dengan menggelar agenda rutin dwi mingguannya yaitu 3D (Dunia Dalam Diskusi) pada Jum’at (30/10/2015) pukul 16.00 – 17.30 di selasar Masjid Ikomah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Mengangkat tema “menggugat sumpah pemuda, meluruskan arah perjuangan”, Dunia Dalam Diskusi sore itu diisi oleh dua narasumber yang sama-sama mewakili BKLDK (Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus) Kota Bandung, yakni Mashun Sofyan (Koordinator daerah BKLDK Kota Bandung) dan Fikri Aziz (Divisi Jaringan BKLDK Kota Bandung).
Dalam diskusi yang diawali dari penyampaian materi oleh Fikri, dia menyampaikan tentang sejarah munculnya sumpah pemuda. Yang mendasari lahirnya tiga poin yang ada di dalamnya. “meluruskan fakta sejarah, bahwa sumpah pemuda yang sebenarnya terinspirasi dari organisasi kepemudaan seperti Jong Islamitied Bond hingga PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia) bukan dari Jong Java yang jelas tidak ada sama sekali spirit islam di dalamnya”. Ungkap Fikri.
Kendati demikian, menurutnya semangat islam yang dikobarkan oleh berbagai organisasi kepemudaan tatkala itu, minim pemahaman tentang konsep Negara ideal yang bisa menerapkan islam secara total. Akibatnya, organisasi kepemudaan hingga partai politik seperti Syarikat Islam mengalami berbagai serangan, mudah dimasukki oleh kaum sekuler, hingga puncaknya kekuasaan sekuler dengan PNI-nya memproklamirkan NKRI.
“Dari sudut pandang islam, jika dikaji lebih jauh bahwa semangat nasionalisme jelas berperan di dalam kongres pemuda tatkala itu” ujar pembicara ke dua, Mashun Sofyan. “kita bisa lihat dari tiga poin dalam sumpah pemuda” lanjutnya. Dalam sumpah tersebut terlihat jelas bahwa adanya kongres adalah dalam upaya membentuk Negara bagian atas dasar kesukuan. Padahal dalam islam fanatisme golongan atau kesukuan itu diharamkan. Sebagaimana sabda Rasulullah: bukan termasuk golonganku orang-orang yang menyeru kepada ashobiyah (nasionalisme).
Nasionalisme dipandang sebagai ide yang menyekat umat islam. Karena itu mustahil umat islam bangkit dengan mengusung Negara bangsa. Karena penjajah akan dengan mudah masuk di dalamnya. Diakibatkan dari ketidakjelasan ideologi yang diterapkan dalam sebuah Negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Berapa banyak Sumber Daya Alam yang dikeruk asing, namun orang-orang nasionalis bungkam dengan itu semua. Umat akan bangkit tatkala memperjuangkan persatuan global dalam institusi pelaksana syariah yang sempurna yaitu Khilafah Islamiyyah. []Divisi Media

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook